Selasa, 17 Juli 2012

ketan serundeng







sebentar lagi kita akan memasuki bulan suci Ramadhan.
kebiasaan / adat di daerah tempat aku tinggal selama ini, setiap memasuki pertengahan bulan Sya'ban, selalu ada 'punggahan,' atau di agama Islam hampir sama dengan Nisfu Sya'ban, dimana kata orang-orang tua jaman dahulu roh para  orang yang sudah meninggal itu naik ke langit atau tidak berada di alam kubur lagi hingga menjelang akhir bulan Ramadhan.
berkaitan dengan hal tersebut , kemudian ada istilah 'nyadran,' dimana keluarga dari para orang mati yang disemayamkan di kuburan setempat datang dengan membawa berbagai macam makanan, kemudian saling bertukar makanan setelah sebelumnya dibacakan doa untuk pada arwah yang dimakamkan di makam tersebut.

adapun pelaksanaan nyadran ini antara satu daerah dengan daerah lain berbeda-beda, tergantung kebiasaan di daerah tersebut, yang penting dilaksanakan selama bulan Sya'ban dan sepertinya setiap daerah juga berbeda-beda acaranya, meskipun hampir mirip satu sama lain.







masih inget jaman dulu (kalau nggak salah waktu masih sekolah di SD)  sewaktu orang tua masih komplit... aku sempat bertanya kepada tetanggaku yang juga sering ikut nyadran di daerahku (kebetulan di ujung timur rumahku adalah pemakaman umum)...

dwek              : kenapa sih kalau nyadran selalu harus membawa makanan ?
tetanggaku    : kan sekalian kirim 'makanan' untuk orang yang sudah meninggal itu...
dwek               : kalau kita ikut nyadran tapi kita nggak bawa makanan boleh nggak ?
tetanggaku     : lha nanti kalau yang lain makan, trus keluarga kita enggak makan sendiri         gimana ? masa' cuma ngliatin aja....
dwek                :  ?!?!?!?!?   jengkel dan geli juga sih sebenarnya....


dan tradisi di kampungku (daerah tempat tinggalku), tetangga-tetanggaku yang mengadakan 'punggahan' selalu membuat ketan serundeng untuk dibawa ke musholla atau masjid disertai dengan pisang dan makanan lain.

sehubungan dengan tradisi punggahan ini, aku paling seneng dengan menu khas ini alias ketan serundengnya.
nggak tau kenapa koq aku suka banget dengan ketan serundeng ini, mungkin karena rasa dan bau serundengnya yang khas, hingga membuatku begitu jatuh cinta.... :) karena terus terang aja, serundengnya berbeda sekali dengan serundeng yang biasa ibuku beli di Solo...

naaahh... berhubung udah lama sekali aku pengen banget bikin serundeng sendiri seperti serundeng kampung kebanyakan ditambah lagi hampir mendekati 'punggahan' alias Nisfu Sya'ban, maka aku coba-coba aja bikin ketan serundeng sendiri.








cekidot ketan serundeng ala aku yuuuk....



Ketan serundeng
 ala dwek


bahan ketan (ukuran suka-suka aja) :
beras ketan
garam
daun pandan
santan secukupnya

cara membuat ketan :
rendam beras ketan kurang lebih 2 jam kemudian cuci bersih dan tiriskan
kukus beras ketan di dalam dandang yang sudah beruap hingga setengah matang , angkat.
campur santan dengan garam dan daun pandan.
tuangi beras ketan dengan air santan hingga rata (air santannya jangan terlalu banyak supaya hasil ketan tidak terlalu lembek), kukus kembali hingga matang, angkat dan sisihkan.








serundeng


bahan :
kelapa (jangan terlalu tua) , parut
garam
bawang merah
bawang putih
ketumbar
gula jawa
daun salam
minyak goreng ,  secukupnya

cara membuat :
panaskan minyak goreng
haluskan garam, bawang merah, bawang putih, ketumbar dan gula jawa , lalu masak hingga harum.
masukkan kelapa parut dan daun salam.
masak / aduk-aduk hingga tingkat kekeringan yang diinginkan.
sajikan ketan dengan serundeng 

* menurut aku, jika serundeng untuk ketan ini ditambahkan daging, maka rasanya kurang cocok, makanya aku membuat serundeng ini tidak memakai daging.
* biasanya, serundeng yang aku terima sebagai kiriman dari tetangga warnanya lebih coklat / gelap lagi...








Tidak ada komentar:

Posting Komentar